Gerakan Muda Meduran: makanan Blue Fire Pointer

Wednesday, 2 October 2013

makanan


Nasi Krawu


MENJADIKAN NASI KRAWU GRESIK SEBAGAI KULINER FAVORIT


Mengupas sesuatu yang khas tentang Gresik saat ini memang terasa sangat pas. Betapa tidak, kota Kabupaten yang telah berumur 526 tahun pada 9 Maret 2013 menyimpan seribu kekhasan ditengah modernisasi kota menuju kota metropolitan.
Diantara ribuan geliat industru besar dan kecil, Gresik menyimpan puluhan makanan khas, salah satunya bernama Nasi Krawu. Terasa tidak lengkap apabila berkunjung ke Kota Santri -julukan Kota Gresik, tanpa mencicipi makanan yang satu ini. Bahkan Konsulat Jenderal Amerika Serikat, Mr. Joaquin F. Monseratte menyatakan enak dan nikmat saat berkunjung ke Gresik pada September 2012 lalu.
Ada banyak warung yang menyediakan menu khas tersebut. Hampir di sebagian pojok kota ada warung yang menjajakan Nasi Krawu. Dari mulai yang sudah terkenal yaitu Buk Su, Buk Tiban, Buk Timan, Buk Sudjiman hingga Buk Mus dan tentunya masih banyak lagi.
Tebaran warung nasi Krawu tersebut lokasinya mulai dari emperan toko, tatanan lincak di kampung-kampung seperti yang ada di Jalan Fakih Usman. Juga ada yang nebeng di emperan warung kopi, seperti milik Buk Tiban, tepatnya di Jln KH Abdul Karim depan MINU Terate.
Ada juga yang membuka gerai di Perumahan, seperti yang ada di Jalan Tanjung Harapan Perum Gresik Kota Baru (GKB) milik Buk Mus. Bahkan ada yang buka hingga 24 jam yaitu Warung Nasi Krawu Buk Timan, di sebelah Barat pintu Tol Bunder, Jalan Wahidin Sudirohusodo.
Kesemuanya mempunyai pangsa pasar dan pelanggang sendiri-sendiri. Karena setiap menu Nasi Krawu selalu mempunyai kekhasan masing-masing tentunya dengan harga masing-masing yang mungkin tak terpaut jauh antara satu dan yang lainnya. Meski demikian sebenarnya Nasi Krawu berbahan dasar sama.
Secara umum, Nasi Krawu merupakan makanan yang tediri dari nasi putih dipadu suwiran daging sapi, ditambah poya warna kuning serta merah dan mangut. Poya warna kuning rasanya manis, sedang poya merah serasa pedas. Mangut yang dibuat parutan kelapa muda dicampur dengan kluwuk.Rasanya lebih khas kala dilengkapi dengan sambel yang pedas hingga nendang di lidah. Sambel itu terbuat dari petis, terasi dan cabe.
Satu lagi, biasanya penikmat nasi krawu yang makan di warung, maka sajiannya ditambah dengan kuah semur. Kuah semur ini terbuat dari kaldu daging serta jerohan terutama jerohan bagian usus. Sehingga rasa kuah ini sangat nikmat dan sarat kholesterol. Bahkan, ada juga yang dicampur dengan bumbur semur bandeng, untuk menambah paduan rasa.Namun kuah semur ini tidak dianjurkan untuk pengidap kolesterol tinggi.
“Tergantung selera. Kalau saya yang tidak punya riwayat kolesterol, maka Nasi Krawu yang saya makan suka saya campuri kuah semur. Rasanya, pedes dan gurih bercampur, dan lebih terasa nikmat” aku Siti Amriyah 38, warga Perumahan Wiharta Asri, Kecamatan Kebomas, Gresik.
Bagi yang suka disajikan kering, atau Pembeli nasi krawu dengan dibungkus atau dibawa berpergian, maka sebaiknya nasi krawu ditambah kuah. Hal ini untuk menambah keawetan nasi krawu dalam perjalanan. Biasanya Nasi krawu bisa tahan selama 24 jam. “Apabila cara memasak nasinya benar”. Ungkap Soraya salah seorang asisten di Warung Buk Timan.
Diantara beberapa warung Nasi Krawu pelanggannya bukan hanya dari lokal, tetapi bisa dari luar daerah. Diantaranya, Warung Buk Tiban yang berada di emperan warkop Jalan KH Abdul Karim. Meski diemperan pelanggannya rata-rata bermobil. Mereka datang dari Surabaya, Lamongan, Mojokerto hingga Sidoarjo.
Untuk dapat menarik pelanggan, tidak hanya mempertahnkan menu, tetapi lokasi juga cukup menentukan. Misalnya Warung Buk Timan. Lokasinya di sebelah Barat pintu Tol Bunder membuat gampang dijangkau, karena akses tol. Karen pelanggan yang datang juga rata-rata oranh dari luar kota.
“Kami juga buka 24 jam nonstop. Justru pelanggan banyak yang mampir makan saat malam hari,” kata Kasmian, 57, karyawan Buk Timan. Dalam sehari, Warung Buk Timan bisa menghabiskan daging sapi sebanyak 1 kuintal. Bahkan, Kasmian yang warga Benjeng menyebut, bila dalam kondisi ramai dalam sehari menyampai 1 kuintal lebih.
Masalah kualitas, Warung Buk Timan dikenal cukup konsisten. Sebab, pemiliknya sendiri yang meracik bumbu hingga memasak nasinya. Pegawainya yang berjumlah delapan orang hanya bertugas menjual. Sedangkan yang meracik semuanya dilakukan Buk Timan selaki pemilik.
“Biasanya ibu yang meracik. Kami yang memasak sesuai dengan racikan ibu. Sebab, kalau bukan ibu yang meracik, kami khawatir rasanya beda,” kata Soraya, 23, karyawan yang mengaku dari Bangkalan, Madura.
Muasal Nasi Krawu Sampai saat ini tidak ada literatur resmi yang menyebut muasal Nasi Krawu sebagi masakan khas Gresik. Namun, banyak versi yang berkembang di masyarakat. Hanya yang menarik, hampir sebagian besar para penjual Nasi Krawu adalah pendatang dari Madura. Lihat saja nama-nama mereka yang masih lekat dengan panggilan Buk, panggilan khas untuk perempuan asal Madura.
Dahulu, ketika Pelabuhan Gresik menjadi arus keluar masuknya barang membuat para penjual nasi asal Madura membuka bedak di pelabuhan yang dibuka pertama Nyai Ageng Pinatih tersebut. Tidak ada yang tahu, maskan yang dijual itu bakal dibernama Nasi Krawu dan menjadi makanan khas Gresik.
Saat itu, para wanita Madura itu menjual nasi yang murah. Supaya harganya sesuai dengan kantong para kuli bongkar muat pelabihan, para penjual itu membuat harga semurah mungkin. Salah satunya dengan memasak daging sisa dan disuwir-suwir.
Supaya kuat dan tahan lama, maka para penjual itu membuat bungkus dari daun pisang. Selain itu, nasi putih yanh sudah tanak, diangkat dan dikipasi hingga embunnya menguap. Akibatnya, nasi yang tanak tidak bercampur dengan air.
“Saya memang pernah dengar, katanya muasal Nasi Krawu itu dari pelabuhan. Dulu itu meripakan nasi yang dijual untuk para kuli pelabuhan,” ujar Hendrik Umardiluhung, pemerhati Budaya Gresik.
Kendari dahulunya merupakan makanan khas para kuli bongkar muat di pelabuhan, namun saat ini Nasi Krawu merupakan masakan khas Gresik. Bahkan Siti Amriyah yang asli Madura menyatakan kalau Nasi Krawu Gresik ini tidak pernah dijumpai di Madura. Meski penjual Nasi Krawu Gresik ini rata-rata didominasi orang Madura. “Di Madura tidak ada masakan yang khas seperti Nasi Krawu ini, saya merasakan mulai dari rasa sambal, daging krawu bahkan poya dan kuah semur tidak sama dengan masakan selera Madura. Kuliner di Madura, kecenderungannya asin, sedangkan krawu Gresik ada rasa manis. Meski gurihnya sangat khas Madura” katanya.



Otak – Otak



Otak-otak bandeng adalah ikan bandeng yang di keluarkan dagingnya lalu di masukkan kembali setelah di campur bumbu-bumbu khas.
Membuat otak-otak bandeng tidaklah sulit. Bandeng mentah dikeluarkan daging, tulang, dan durinya. Lalu dicampur bumbu, mirip dengan bumbu lodeh yang pedas. Kemudian daging dimasukkan ke dalam tubuh bandeng yang kosong tadi dengan dibentuk kembali seperti bandeng mentah semula. Selanjutnya, bandeng isi ini dicepit dua bilah bambu, kemudian dibungkus dalam daun pisang, lalu di bakar.
Membakar bandeng otak-otak, membutuhkan keterampilan tersendiri. Pasalnya, jika terlalu matang atau masih mentah, akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa otak-otak bandeng yang sebenarnya. 

Nasi Karak


Nasi karak ini tidak dibuat dari sisa nasi yang kemudian diolah lagi menjadi nasi karak seperti namanya , nasi yang ada di Gresik ini sebetulnya terbuat dari nasi merah yang rasanya lain dengan beras putih yg kita konsumsi, Nasi Karak ini terdiri dari nasi merah yang diberi parutan kelapa, sedikit serunden, lombok untuk pemedasnya dan tak lupa juga diberi tempe


Nasi Rumo


Nasi Rumo ini berisi bahan-bahan antara lain Nasi atau lontong di taruh di pincuk (tempat makan dari daun pisang), di atasnya di beri sayuran bayam rebus dan krupuk yang udah diremes, kemudian di lapisi sama bubur rumo (bubur halus yang di bumbui dengan bawang putih, cabe besar, lengkuas, kunyit). setelah itu dikasih sambal dan taburan koya, sehingga memakan nasi ini seakan lidah kita yang pertama-tama akan merasakan buburnya yang gutih dan sedikit manis, ditambah dengan kukusan dedaunan yang gutih juga, sehingga akan menampakan enak yang beradu dengan pedasnya taburan koya yang ada tersebut.


Pudak



Makanan ini terbuat dari tepung beras, gula pasir/gula jawa dan santan kelapa yang dimasukkan ke dalam pelepah daun pinang yang disebut “Ope”.
Pada perkembangannya, ragam pudak tidak terbatas 3 rasa macam saja yaitu pudak putih (gula pasir), pudak merah (gula jawa) dan pudak sagu. Oleh kreatifitas pembuat kue pudak untuk merebut pasar, maka ragam dan rasa pudak pun bertambah, diantaranya pudak pandan yang berwarna hijau dan harum karena campuran sari daun pandan.
Disamping rasa yang khas, bentuk kemasan pudak tidak ada yang menyamai di antara jajanan manapun. Dari bahan yang sudah mulai langka, pembuatannya pun tidak sederhana. Pangkal pelepah daun pinang harus disamak lebih dahulu untuk memisahkan kulit luar dan kulit dalam. Kulit bagian dalam inilah yang dimanfaatkan. Setelah dibersihkan dan dipotong-potong sesuai ukuran, kemudian dilipat dan dijahit dengan alur seperti huruf L tanpa sudut, sehingga sisi dan dasarnya tertutup dan membentuk ruang seperti gelas. Setelah adonan dituangkan, ujung kemasan yang terbuka dikuncupkan dan diikat. Baru dikukus.

Jubung



Jubung adalah jajanan mirip jenang terbuat dari ketan hitam yang di taburi wejan. Biasanya Jubung ditempatkan dalam selongsong warna putih kecoklatan yang terbuat dari daun pohon pinang muda yang di lilit mirip gelas mini. Warga setempat, mengenal daun pinang ini dengan nama, “ope”
pembuatan Jubung sendiri memerlukan waktu sedikitnya 24 jam, mulai dari merendam ketan, mengggiling, memasak hingga membungkusnya. Proses memasak adonan ini, adalah proses paling lama. Untuk menghasilkan Jubung terbaik, membutuhkan waktu 6 jam hingga adonan benar-benar kental. Tak hean, jika juru masaknya adalah kaum lelaki, karena adonan jubug harus di aduk terus menerus.


sumber :http://gresikkab.go.id/wisata/wisata-kuliner

No comments:

Post a Comment