Museum Sunan Giri
- Nama
Museum : Museum Sunan Giri Kabupaten Gresik
- Alamat
: Jl. Pahlawan No.24 Gresik
- Waktu
Operasional : 08.00 – 15.00
- Jenis
Museum : Umum
- Tanggal
Pendirian : 17 maret 2003
Museum
Sunan Giri Kabupaten Gresik diresmikan pada Tgl 9 Maret 2002 bersamaan dengan
Hari Jadi Kota Gresik. Museum ini didirikan dengan dilatar belakangi oleh
besarnya tinggalan arkeologi dan history yang ada di Kabupaten Gresik yang
berada di alam maupun masyarakat. Sementara saat itu tidak ada pusat informasi
dan edukasi tentang sejarah purbakala Kabupaten Gresik yang dapat memberikan
informasi dan melindungi data sejarah purbakala yang di miliki Kabupaten
Gresik.
Hingga saat ini Museum Sunan giri terus berbenah
dan memperkaya koleksi yang baru berjumlah 50-an dari periode Klasik,
perkembangan awal Agama Islam dan kolonial.
KOLEKSI UTAMA MUSEUM
- FRAGMEN
SAJADAH
Fragmen sajadah ini berasal
dari situs kubur Sunan Giri di Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik.
Fragmen sajadah tersebut saat ini menjadi koleksi unggulan Museum Sunan Giri
Kabupaten Gresik. Menurut data foklor, sajadah ini merupakan sajadah yang
dipergunakan Sunan Giri dalam melaksanakan sholat. Dalam masyarakat kekinian
sajadah juga difungsikan sebagai alas menghindari dari kotoran dalam
melaksanakan sholat. Fragmen sajadah ini memiliki warna dasar merah dengan
motif tumbuhan yang dibentuk dengan warna kuning, coklat dan putih. Berdasar
teknik pengerjaannya dapat dipastikan bahwa fragmen sajadah tersebut berasal
dari Timur Tengah. Fragmen sajadah koleksi Museum Sunan Giri tersebut berukuran
68cm x 23cm dengan tepian yang menunjukkan bekas sobekan.
- SURBAN
SUNAN GIRI
Surban ini awalnya disimpan di
Masjid Ainul Yaqin Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Saat ini
surban tersebut menjadi koleksi Museum Sunan Giri Kabupaten Gresik. Berdasarkan
data foklor, surban tersebut merupakan peninggalan Sunan Giri yang konon
dipakai beliau dalam kesehariannya melaksanakan dakwah menyebarkan Agama Islam.
Surban ini dibuat dengan teknik tenun yang berdasarkan pola hias, teknik tenun
dan bahannya dapat dikelompokkan kedalam jenis kain salami yang berasal dari
Persia. Jenis pewarna yang dipergunakan adalah pewarna alami yang diantaranya
berwarna putih, biru, merah dan coklat yang membentuk hiasan floral dengan
motif yang berukuran kecil-kecil.
- KERIS
KALAM MUNYENG
Keris Kalam Munyeng dipercaya
sebagai keris milik Sunan Giri. Menurut sumber foklor keris ini konon oleh
Sunan Giri dibuat dari kalam (penunjuk) Sunan Giri dalam mengajarkan ajaran
Agama Islam maupun dalam baca tulis Al Qur’an. Keris aslinya hingga kini
tersimpan di situs Kubur Sunan Giri Desa Giri Kecamatan Kebomas, Kabupaten
Gresik. Sedangkan keris yang dipamerkan ini merupakan replica dari keris
aslinya. Mata Keris Kalam Munyeng menggunakan bahan baja dengan jumlah luk
sebanyak 13 buah dengan panjang 36cm. Pada bagian pangkal mata keris diberi
hiasan sulur daunan yang berlapis emas. Bagian pegangan (hulu) kerisnya terbuat
dari bahan kayu berukuran panjang 10,5cm dengan diberi hiasan ukiran suluran.
Sedangkan rangka (wirongko/sarung) juga berbahan kayu dengan ukuran panjang
50cm yang seluruh bagiannya dilapisi perak berukir suluran tumbuhan
- TOMBAK
Tombak merupakan salah satu
senjata yang telah berkembang dari masa prasejarah yaitu pada era dimana
manusia membuat peralatan dari batu. Senjata tombak terus berkembang pada masa
manusia telah mengenal pengolahan logam dengan membuat mata tombak dari bahan
logam tembaga, besi maupun baja. Secara umum tombak banyak dipergunakan sebagai
senjata dalam berburu binatang besar maupun dalam peperangan.
Morfologi senjata tombak koleksi Museum Sunan Giri secara umum terdiri dari bidang pegangan yang berupa tongkat panjang yang lurus berbahan kayu dengan mata tombak di salah satu sisinya yang terbuat dari logam besi. Mata tombaknya selain memiliki tajaman pada ujungnya yang meruncing juga memiliki bidang tajaman pada kedua tepian sisi pipihnya. Bentuk mata tombak yang lain dari koleksi Museum Sunan Giri adalah tombak canggah yang terdiri dari dua mata tombak berbentuk setengah lingkaran yang bisa ditangkupkan dengan diberi engsel pada bagian pangkalnya. Bidang tajaman selain terdapat pada ujung mata tombak canggah, juga terdapat pada bagian sisi dalamnya. Tombak semacam ini dalam penggunaannya digunakan untuk menangkap dan menggiring pencuri.
Menilik bahan kedua jenis mata tombak ini, nampaknya tombak tersebut lebih difungsikan praktis dalam keseharian oleh kalangan umum atau pasukan di Dinasti Giri. Walaupun jenis logamnya yang berupa campuran baja yang kuat, mata tombakini tidak diberi pamor sebagaimana yang lazim dipergunakan pada senjata kalangan pejabat istana dan masyarakat kelas atas.
Bidang tangkai pegangan tombak ini yang kini polos dengan bentukan yang tidak rata, nampaknya telah diganti dari tangkai yang semula. Selain itu tangkai tombaknya saat ini telah dilapisi dengan cat prada baru.
Tombak koleksi Museum Sunan Giri Kabupaten Gresik pada awalnya tersimpan di Masjid Ainul Yaqin Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik yang menurut keterangan takmir masjid merupakan bagian dari senjata Dinasti Giri.
Morfologi senjata tombak koleksi Museum Sunan Giri secara umum terdiri dari bidang pegangan yang berupa tongkat panjang yang lurus berbahan kayu dengan mata tombak di salah satu sisinya yang terbuat dari logam besi. Mata tombaknya selain memiliki tajaman pada ujungnya yang meruncing juga memiliki bidang tajaman pada kedua tepian sisi pipihnya. Bentuk mata tombak yang lain dari koleksi Museum Sunan Giri adalah tombak canggah yang terdiri dari dua mata tombak berbentuk setengah lingkaran yang bisa ditangkupkan dengan diberi engsel pada bagian pangkalnya. Bidang tajaman selain terdapat pada ujung mata tombak canggah, juga terdapat pada bagian sisi dalamnya. Tombak semacam ini dalam penggunaannya digunakan untuk menangkap dan menggiring pencuri.
Menilik bahan kedua jenis mata tombak ini, nampaknya tombak tersebut lebih difungsikan praktis dalam keseharian oleh kalangan umum atau pasukan di Dinasti Giri. Walaupun jenis logamnya yang berupa campuran baja yang kuat, mata tombakini tidak diberi pamor sebagaimana yang lazim dipergunakan pada senjata kalangan pejabat istana dan masyarakat kelas atas.
Bidang tangkai pegangan tombak ini yang kini polos dengan bentukan yang tidak rata, nampaknya telah diganti dari tangkai yang semula. Selain itu tangkai tombaknya saat ini telah dilapisi dengan cat prada baru.
Tombak koleksi Museum Sunan Giri Kabupaten Gresik pada awalnya tersimpan di Masjid Ainul Yaqin Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik yang menurut keterangan takmir masjid merupakan bagian dari senjata Dinasti Giri.
- PELANA
KUDA
Pelana Kuda koleksi Museum
Sunan Giri didapat dari Masjid Ainul Yaqin Desa Giri, Kecamatan Kebomas,
Kabupaten Gresik. Pada awalnya pelana ini disimpan di Masjid Ainul Yaqin yang
menurut foklor yang berkembang di masyarakat Giri, pelana kuda tersebut konon
merupakan pelana kuda pengikut Sunan Giri. Dalam pemfungsiannya pelana
merupakan tempat duduk bagi penunggang kuda yang ditempatkan di punggung kuda.
Pelana kuda koleksi Museum Sunan Giri terdapat 2 buah dengan ukuran dudukan
penunggang yang berbeda. Pelana ini menggunakan bahan utama dari kayu dengan
bidang ikat dan pijakan kaki penunggang kuda terbuat dari besi. Pelana ini
berukuran panjang 50cm dan lebar 38 cm.
- UMPAK
KAYU
Umpak Kayu koleksi Museum
Sunan Giri awalnya merupakan umpak tiang bangunan pada pendopo cungkup kubur
Sunan Giri. Umpak dalam pemfungsiannya sebagai pelandas tiang bangunan yang
keletakannya diletakkan dibawah tiang bangunan sebagai penahan beban tiang
bangunan. Morfologi umpak tiang bangunan koleksi Museum Sunan Giri secara umum
berbentuk persegi delapan yang menterupai bintang dengan dibentuk berundak
semakin kecil pada bagian atas. Pada bagian tengahnya terdapat lubang yang
berfungsi sebagai bidang kait tiang pada umpak. Umpak ini menggunakan bahan
kayu jati yang diberi hiasan berupa ukiran motif karang pada bagian badannya.
Hiasan motif karang umum ditemukan pada bangunan maupun benda dari periode
berkembangnya Agama Islam.
- BEDUG
Bedug merupakan koleksi
unggulan Museum Sunan Giri Kabupaten Gresik. Bedug merupakan salah satu
perlengkapan masjid yang umum ditemukan di Indonesia. Dalam pemfungsiannya
bedug digunakan sebagai penanda masuk waktu sholat sebelum adzan dikumandangkan.
Morfologi bedug ini terbuat dari satu batang pohon kayu lapis yang bagian
tengahnya diberi rongga lubang hingga tembus kedua sisinya. Pada ujung kedua
sisinya dipasang kulit sapi sebagai membran bidang pukul bedug sebagai
penghasil bunyi. Bedug koleksi Museum Sunan Giri diperoleh dari Masjid Desa
Pasucinan Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Menurut foklor yang berkembang
bedug tersebut merupakan peninggalan Maulana Malik Ibrahim yang meninggal pada
tahun 1419 M. sedangkan menurut Babad Gresik Maulana Malik Ibrahim memindahkan
pelabuhan dagang dari daerah Leran ke daerah Rumo. Karena daerah Rumo juga
dianggap kurang cocok, kemudian Maulana Malik Ibrahim kembali memindahkan
pelabuhan dagang ke daerah Gresik.
- TERBANG
/ REBANA
Terbang adalah alat music
tradisional yang berasal dari Timur Tengah. Alat music ini di nusantara lekat
dengan perkembangan kelompok masyarakat yang memeluk Agama Islam.
Cara memainkan alat music rebana yaitu dengan cara memukul bidang membran dari rebana yang terbuat dari kulit kambing. Membran tersebut dipasang dengan kencang pada bidang rangka tang terbuat dari kayu dengan bentuk bulat dan memiliki lubang pada bagian tengahnya. Pada kerangka kayu diberi kencer yang terbuat dari bahan logam tembaga. Alat music rebana dalam seni tradisi masyarakat muslim dimainkan sebagai pengiring syair-syair dari kitab barzanji atau syair music yang materinya bersumber pada ajaran Agama Islam. Terbang koleksi Museum Sunan Giri ini merupakan benda titipan dari Masjid Ainul Yaqin, Desa Giri, Kecamatan Kebomas.
Cara memainkan alat music rebana yaitu dengan cara memukul bidang membran dari rebana yang terbuat dari kulit kambing. Membran tersebut dipasang dengan kencang pada bidang rangka tang terbuat dari kayu dengan bentuk bulat dan memiliki lubang pada bagian tengahnya. Pada kerangka kayu diberi kencer yang terbuat dari bahan logam tembaga. Alat music rebana dalam seni tradisi masyarakat muslim dimainkan sebagai pengiring syair-syair dari kitab barzanji atau syair music yang materinya bersumber pada ajaran Agama Islam. Terbang koleksi Museum Sunan Giri ini merupakan benda titipan dari Masjid Ainul Yaqin, Desa Giri, Kecamatan Kebomas.
- NASKAH
Koleksi naskah yang dimiliki
Museum Sunan Giri Kabupaten Gresik terdiri dari beberapa naskah, diantaranya
adalah Al Qur’an, Kitab Khutbah Juma’at, dan naskah babat yang berisikan
tentang serita Sindujoyo. Keseluruhan dari naskah tersebut ditulis tangan pada
kertas deluang dengan menggunakan tinta Cina. Penulisan berbagai naskah pada
awal berkembangnya Agama Islam di Nusantara banyak dilakukan pada masa itu baik
dalam bentuk menyalin Al Qur’an sebagai kitab suci pemeluk Agama Islam maupun
kitab-kitab yang berisi ajaran Agama Islam. Beberapa sejarah hidup dan kisah
tokoh agama penting juga banyak dituliskan disalam naskah maupun kitab-kitab
babat dan legenda.
- AL
QUR’AN TULISAN TANGAN
Al Qur’an sebagai kitab suci
Agama Islam yang ditulis tangan ternyata di Gresik ditemukan dalam jumlah cukup
banyak. Salah satu Al Qur’an tulisan koleksi Museum Sunan Giri yang menonjol
pada halaman-halaman tertentu dihias dengan lukisan menggunakan tinta warna
merah, biru dan emas yang ditulis secara lengkap sebanyak 30 jus. Berdasarkan
bahan kertas dan tinta yang dipergunakan pada Al Qur’an tersebut dapat
diketahui bahwa Al Qur’an tersebut berasal dari abad ke-XVII M.
- KITAB
KHOTBAH JUM’AT
Kitab Khotbah Jum’at ini juga
didapat dari Masjid Ainul Yaqin Desa Giri Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik.
Kitab Khotbah ini terdiri dari 11 jilid yang tiap jilidnya berisikan 5 buah
naskah khotbah. Masing-masing jilid berisikan naskah khotbah untuk 11 bulan
dalam kalender Hijriyah, kecuali untuk bulan Dzulhijjah. Menurut keterangan
Takmir Masjid Ainul Yaqin, 1 kitab untuk bulan Dzulhijjah telah hilang.
Kitab ini ditulis tangan pada kertas berjenis lion in medallion dengan menggunakan tinta cina berwarna hitam dan merah.
Kitab ini ditulis tangan pada kertas berjenis lion in medallion dengan menggunakan tinta cina berwarna hitam dan merah.
Kampung Kemasan
Nama Kemasan di sini masih ada hubungannya dengan status suatu kelompok masyarakat tertentu yang konon ceritanya dari kelompok atau marga “Kemas”. Hal ini dapat dilihat dari bangunan-bangunan rumah tempat tinggal kelompok tersebut di daerah kemasan yang begaya Eropa dan Cina. Gaya Eropa dapat dilihat pada pilar-pilar penyangga atap, jendela dan pintu relatif besar. Sedangkan bergaya Cina dapat dilihat pada atap dan pemakaian warna serba merah.
Sejak didirikan bangunan-bangunan rumah tersebut pada tahun 1909, sejak itulah kompleks ini dinamakan Kampung Kemasan. Kampung ini terletak di jalan Nyai Ageng Arem-arem gang III. Obyek yang diamati berupa bangunan-bangunan rumah tinggal terletak di kiri dan kanan gang tersebut sepan jang 200m. bangunan rumah tersebut masih terawatt dengan baik, karena masih ditempati sebagai rumah tinggal dan bagian atasnya dimanfaatkan untuk budidaya burung wallet. Untuk sampai ke kampung Kemasan tersebut, dari alun-alun Kota Gresik hanya berjarak sekitar 700 m. Dari terminal bus Bunder dapat ditempuh dengan transportasi angkutan umum sejauh 6 km. Menuju Alun-alun kota atau depan kantor lama PLN Cabang Gresik, selanjutnya mengikuti petunjuk arah masuk Kampung Kemasan.
Hadrah
Kesenian ini dijumpai pada saat haul tokoh-tokoh agama Islam yang
dimainkan oleh ISHARI (Ikatan Hadrah Republik Indonesia) yang berada di
ranting-ranting dan cabang-cabang Kabupaten Gresik.
Terbang Jidor
Kesenian musik turun temurun dan masih dilestarikan oleh beberapa
desa/kelurahan. Vocal irama terbang jidor biasanya untuk mengiringi
lagu-lagu sholawat Nabi yang terkemas di dalam kitab Barzanji lagu-lagu
yang bernafaskan agamis.
Al Banjari
Musik Al Banjari ini bisa dijumpai di kecamatan Manyar dengan alat
terbang dan dimainkan oleh sekelompok orang dengan lagu-lagu sholawat.
-Mocopat Pesisiran
-Mocopat pesisiran ini biasanya dimainkan pada waktu orang punya hajad dengan lagu-lagu Islami dengan --bahasa Jawa dan Arab.
-Ludruk
-Wayang Kulit
-Sanggar Seni
-Orkes Melayu
-Campur Sari
-Pencak Mac
Kesenian ini dijumpai pada saat haul tokoh-tokoh agama Islam yang
dimainkan oleh ISHARI (Ikatan Hadrah Republik Indonesia) yang berada di
ranting-ranting dan cabang-cabang Kabupaten Gresik.
Terbang Jidor
Kesenian musik turun temurun dan masih dilestarikan oleh beberapa
desa/kelurahan. Vocal irama terbang jidor biasanya untuk mengiringi
lagu-lagu sholawat Nabi yang terkemas di dalam kitab Barzanji lagu-lagu
yang bernafaskan agamis.
Al Banjari
Musik Al Banjari ini bisa dijumpai di kecamatan Manyar dengan alat
terbang dan dimainkan oleh sekelompok orang dengan lagu-lagu sholawat.
-Mocopat Pesisiran
-Mocopat pesisiran ini biasanya dimainkan pada waktu orang punya hajad dengan lagu-lagu Islami dengan --bahasa Jawa dan Arab.
-Ludruk
-Wayang Kulit
-Sanggar Seni
-Orkes Melayu
-Campur Sari-Pencak Mac
Sanggring (Kolak Ayam)
Tradisi
membuat kolak ayam yang bahannya dari ayam, diolah bersama jinten,
brambang, gula merah dan santan. Seluruh pekerjaan dilakukan oleh kaum
pria.Makanan ini dibuat untuk persediaan buka puasa pada malam 23 (dua
puluh tiga) di bulan Ramadhan tepatnya di desa Gumeno Kecamatan manyar.
Menurut cerita tutur, tradisi ini dilakukan turun temurun sejak
berkuasanya pemerintahan Giri Kedaton dimana waktu itu masyarakat di
sekitar desa Gumeno terserang yang wabah tak kunjung sembuh, melihat
adanya keanehan itu penguasa setempat memerintahkan membuat kolak ayam
dan disuruh memberikan kepada seluruh masyarakat yang sakitnya tak
kunjung sembuh. Setelah memakan kolak ayam tersebut, wabah penyakit yang
menyerang masyarakat Gumeno hilang semua. Tradisi ini sampai sekarang
masih dilaksanakan
Sanggring (Kolak Ayam)
Tradisi
membuat kolak ayam yang bahannya dari ayam, diolah bersama jinten,
brambang, gula merah dan santan. Seluruh pekerjaan dilakukan oleh kaum
pria.Makanan ini dibuat untuk persediaan buka puasa pada malam 23 (dua
puluh tiga) di bulan Ramadhan tepatnya di desa Gumeno Kecamatan manyar.
Menurut cerita tutur, tradisi ini dilakukan turun temurun sejak
berkuasanya pemerintahan Giri Kedaton dimana waktu itu masyarakat di
sekitar desa Gumeno terserang yang wabah tak kunjung sembuh, melihat
adanya keanehan itu penguasa setempat memerintahkan membuat kolak ayam
dan disuruh memberikan kepada seluruh masyarakat yang sakitnya tak
kunjung sembuh. Setelah memakan kolak ayam tersebut, wabah penyakit yang
menyerang masyarakat Gumeno hilang semua. Tradisi ini sampai sekarang
masih dilaksanakan
Kawasan Wisata Adenium
Kawasan Wisata satu ini
merupakan Daerah Wisata yang paling unik dan berbeda dengan obyek wisata
lainnya, sebuah Desa yang terkenal dengan tanaman langkanya yaitu Bunga Kamboja
atau biasa disebut dengan “Mawar Gurun” ini berasal dari Benua Afrika, bunga
ini sudah terbudidaya dan berkembang biak menjadi lebih dari 100 jenis bunga
adenium baru hasil dari penyilangan yang dilakukan oleh para pakar adenium
terkenal dari berbagai Negara. Adapun lokasi dari obyek wisata ini dapat kita
jumpai di 3 kecamatan antara lain :- Kecamatan
Kedamean tepatnya di Desa banyu Urip dan Desa Manunggal yang berjarak ± 35
km dari Kota Gresik.
- Kecamatan
Driyorejo tepatnya di Desa Karang Andong yang berjarak ± 30 km dari Kota
Gresik.
- Kecamatan Wringinanom tepatnya di Desa Sooko dan Kesamben Kulon ± 39 km dari Kota Gresik.
No comments:
Post a Comment